Memulai sebuah tulisan
bagi saya selalu susah, bisa lama padahal cuma memikirkan kalimat pertama. Nah,
kalian baru saja membacanya, kalimat yang saya bilang susah itu. Abaikan saja
ketidakteraturan saya dalam menulis karena review buku kali ini mungkin lebih
tidak akan objektif dari sebelumnya. Anggap saja ini hanya cuap-cuap belaka
dari orang yang akhir-akhir ini susah lega setelah membaca buku. Jadi, buku apa
yang baru saya baca?
Yup, The Cuckoo’s
Calling by Robert Galbraith. Tahu siapa dia? Kalau ada yang jawab tidak tahu
padahal tiap hari dia salto-salto di media sosial, saya akan mempertanyakan apa
dia membaca berita atau pernah menonton tv (boleh tersinggung :p). Robert Galbraith bukanlah nama yang
terkenal sampai beberapa bulan lalu
setelah sebuah rahasia terkuak. Nama itu adalah nama alias dari penulis tekenal
dan kaya raya karena tulisan-tulisannya, J.K. Rowling. Kenapa dia memakai nama
alias! Tulisannya kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya, nampaknya dia
ingin melihat bagaimana reaksi “pasar” terhadap karya terbarunya. Sebelum
rahasia siapa sebenarnya di balik nama itu, buku ini sudah mendapat tanggapan
positif dari para kritikus yang menurut saya lebih sering kejam dan menyebalkan
(lah saya juga kadang gitu). Namun, hal itu tidak terlalu membantu penjualan
sampai media memberitakan bahwa J.K. Rowling penulisnya. Kenapa Robert
Galbraith! Rowling suka nama Robert dan selalu terngiang-ngiang nama keluarga
Galbraith, jadi deh. Menurut yang pernah saya baca, nama ini juga bisa
diartikan ‘famous stranger’, cocoklah.
Sekarang, saya bahas
isinya tapi dikit saja. Why! Ini novel kriminal yang jika terlalu banyak
diceritakan orang lain justru menurut saya jadi tidak asyik. Kasus dalam novel
ini bermula pada suatu malam yang dingin bersalju di London saat seorang
supermodel jatuh dari ketinggian balkon flatnya. Oleh polisi, kasus ini hanya
kasus bunuh diri, sang kakak justru ragu dan ia pun akhirnya menyewa detektif
partikelir untuk kembali menyelidiki. Cormoran Strike awalnya agak ragu untuk
menerima kasus ini, hidupnya kacau, namun tak dipungkiri keuangannya sedang
dalam masalah. Saat menyelidiki kasus ini mau tak mau kehidupan pribadi dan
masa lalunya pun ikut tersentuh, nyawanya ikut terancam. Yang saya jabarkan ini
mirip sinopsis dari penerbit ya? Memang sengaja. :P
Setelah Harry Potter
ini karya mba’ Jo (sok akrab) yang saya baca. Entah kenapa belum tertarik baca
Casual Vacancy tapi terus terang sekarang penasaran bagaimana gaya bercerita
mba’ Jo di novel itu. Di novel ini sendiri Rowling berhasil menyeret saya ikut
serta dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Cormoran Strike, benar-benar
memutar otak. Ceritanya tersusun sangat apik, mengalir, sulit untuk dilepaskan
jika sudah terlanjur membacanya. Sangat berbeda jauh dari Harry Potter (ya iyalah),
The Cuckoo's Calling membuat saya melihat sisi lain dan kelihaian seorang
Robert Galbraith alias J.K. Rowling. Selesai membaca buku ini terus terang saya
sangat puas, lega sampai senyum-senyum sendiri. Beberapa orang mungkin akan
bilang kasus dan motif seperti ini sudah biasa, saya juga pernah baca kasus
seperi ini tapi yang perlu diingat jalan cerita, cara penulis meramu, eksekusi,
dalam sebuah kasus selalu ada hal yang berbeda. Saya sangat menikmati karya
berbeda dari Robert Gilbraith dan akan terus menanti karyanya. Menurut kabar
akan ada sekuel dari cerita ini tahun depan, tidak sabar rasanya, semoga Robin
putus dan jadian sama Cormoran (jahat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar