Berbulan-bulan menunggu
akhirnya terjemahan I’ve Got Your Number by Sophie Kinsella ada dalam
genggaman. Kenapa saya sangat menanti buku ini? Oke, bukan itu sebenarnya
pertanyaan intinya karena saya memang selalu menanti seluruh karya penulis satu
ini, baik saat dia memakai nama Sophie Kinsella maupun saat memakai nama
gadisnya, Madeleine Wickham. Saya memang penggemar SK jadi jangan heran jika
saya banyak memuji karyanya tapi saat mereview buku-bukunya saya selalu
berusaha untuk berimbang.
Belum pernah membaca
buku-buku SK? Buku yang paling terkenal dari penulis ini tentunya Confessions
of a Shopaholic yang pernah difilmkan. Yang terbaru I’ve Got Your Number. Ini
buku tentang apa? Apakah seseorang yang berhasil mendapatkan nomor orang yang
dia sukai? Big NO, tidak sesederhana itu dan bukan SK jika dia menjabarkannya
dengan biasa saja tanpa sisi menarik serta selera humor khasnya yang membuat
kita tidak bisa berhenti membuka setiap halaman sampai benar-benar berakhir.
Saat membaca sinopsis di belakang buku ini mungkin Anda akan sedikit mendapat
petunjuk tentang jalan cerita buku ini. Tetapi, hanya sedikit dan justru
membuat penasaran. Jadi, bagaimana jika saya membuat Anda lebih penasaran?
Lemme try…
Kisah ini dimulai
dengan hilangnya cincin Poppy Wyatt di suatu perjamuan mewah bersama
teman-temannya (Natasha, Clare, Emily, Annalise, Ruby) dan wedding planner (Lucinda) beserta asistennya (Clemency). Sayangnya
dia tidak dapat mengingat runut kejadian hilangnya cincin itu dengan jelas
karena telah minum champagne beberapa
gelas ditambah lagi situasi yang kacau balau saat itu. Jadilah ia krasak-krusuk
mencari cincinnya di ruangan tempat jamuan, menelpon teman-temannnya, dan menyebar
nomor handphone-nya ke
pegawai-pegawai di hotel itu kalau-kalau ada yang mengetahui keberadaan
cincinnya.
Kenapa cincin itu
sebegitu pentingnya? Tentu saja, cincin itu adalah cincin zamrud kualitas bagus
dengan berlian berpotongan baguette,
harganya mungkin sekitar 25.000 poundsterling. Ditambah lagi merupakan warisan
turun-temurun dalam keluarga tunangannya. Bukan hanya karena betapa berharganya
cincin itu Poppy harus panik tapi karena calon mertuanya akan tiba dari Amerika
dan pasti ingin melihat cincin itu berada di jari calon menantunya.
Poppy Wyatt adalah
seorang fisioterapi bertemu dengan Magnus Tavish yang mulanya adalah pasien di
tempat dia bekerja namun kemudian menjadi tunangannya. Sebenarnya sih bukan dia
yang harus menangani Magnus tapi karena Annalise ingin bertukar janji temu maka
Poppy akhirnya mengambil alih. Hal ini sedikit membuat Annalise cemburu tapi
mereka tetap berteman. Magnus Tavish seorang doktor dengan spesialisasi simbol kultural,
berasal dari keluarga terpelajar dan memiliki gelar kebangsawanan. Ayahnya Prof.
Atony Tavish, ibunya Prof. Wanda Brook Tavish, kakaknya Conrad beserta istrinya
Margot, semua telah menulis buku. Adiknya Felix walau baru 17 tahun tapi sangat
suka membaca dan menulis. Mereka bahkan berencana menerbitkan jurnal
bersama-sama, tentunya tanpa melibatkan Poppy. Ia memang nampaknya sejak awal tidak
terlalu disukai oleh calon mertuanya namun Magnus berpendapat bahwa yang terpenting
adalah mereka saling mencintai. Kondisi dalam keluarga ini saja sudah membuat
Poppy tertekan apa lagi dengan hilangnya cincin pertunangannya. Apa dia akan
berterus terang? Bagaimana cara menutupinya jika dia memang harus berbohong?
Kembali ke awal, ketika
Poppy masih di hotel, tiba-tiba dia menerima sms dari orang yang nampaknya
melihat cincinnya tapi sayang sinyal di hotel itu payah jadi smsnya hanya
sepotong. Untuk mencari sinyal Poppy pun keluar dari hotel itu sambil mengacungkan
ponselnya ke udara, malangnya pencopet yang mengendarai sepeda menyambar handphone-nya. Gawat kan? Sms tadi dari
siapa dia pun tak tahu. Nomor di hp
itu sudah dia sebar, bagaimana jika ada yang menemukan cincinnya?
Untung baginya, dia
menemukan handphone dengan stiker White Global Consulting Group di belakangnya.
Mungkin itu milik Violet Russel pegawai perusahaan itu yang tanda pengenal
konfrensinya ada bersama hp itu di
tempat sampah hotel. Ya, dia menemukan hp di tempat sampah jika kalian butuh
saya mengulanginya. Ternyata hp itu
aktif, tiba-tiba ada telpon, karena tak ingin ketahuan dia menirukan suara
wanita penerima voice-mail. Bodohnya,
orang itu malah meninggalkan pesan tentang Scottie dan kata-kata lain yang
mirip kode rahasia. Nah, siapa dan kemana Violet sebenarnya? Siapa pula
penelpon misterius itu?
Apa Poppy
sebenarnya beruntung menemukan hp itu atau tidak? Beruntung karena dia
bisa memiliki nomor baru untuk segera dibagikan pada petugas hotel dan
temannya. Tidak beruntung karena Sam Roxton, bos Violet tak lama kemudian
menelpon, karena urusannya sangat urgen Poppy akhirnya bersedia menolong.
Sumpah ini salah satu bagian lucu, bagaimana Poppy menolong dengan nada lagu Single Ladies dari Beyonce?
Apa saya sudah
membocorkan banyak hal dari buku ini? Lemme tell u something, kalau saya ketemu
dengan cowok seperti Sam Roxton, saya bisa jatuh cinta. Yang pasti dia tampan,
menjawab email dan sms yang dia rasa penting dengan bahasa singkat, padat dan
jelas. Perlu digarisbawahi tanpa “ J “ apalagi “xoxo”.
Di mana bikin jatuh cintanya? Cari tahu sendiri dong, harus dinikmati secara
perlahan… Hehehe…
Singkat kata singkat
cerita, Sam Roxton pun bersedia meminjamkan handphone
perusahaan itu untuk sementara pada Poppy dengan syarat dia harus langsung
meneruskan telepon, sms, dan email padanya. Kesibukkan baru dalam kehidupan
Poppy pun resmi bertambah. Bagaimana dia menjalani hidup dengan berbagi hp dengan orang lain? Apa sama dengan
berbagi hidup dengan seorang kekasih?
Bagaimana nantinya hubungan
Poppy dengan keluarga tunangannya? Bagaimana dengan persiapan pernikahannya? Apakah
tidak masalah bila telepon perusahaan dipegang oleh orang luar? Siapa pula
wanita dalam perusahaan yang sering mengirim email “aneh” dengan banyak huruf
besar ke Sam? Siapa “Dad” yang juga mengirim email ke Sam jika sebenarnya ayahnya
ada di Hong Kong bukan di Hampshire? Siapa Scottie yang akhirnya juga menelpon
dengan kode-kode rahasia itu? Apa yang akan terjadi dan bagaimana akhir cerita
ini? Apa kabar dengan cincin zamrud yang mengawali kisah ini? Di mana gerangan dia
berada? Jika saya menderetkan begitu banyak pertanyaan lagi kalian mungkin akan
jengkel jadi lebih baik membacanya sendiri.
Saat membaca buku ini
saya merasa kerinduan saya terhadap Rebecca Bloomwood (tokoh wanita di Confessions
of a Shopaholic) sedikit terobati. Selera humor dan kejahilan ala SK cukup terasa.
Satu hal yang juga saya suka dari SK adalah ide dalam ceritanya dan saya
menghargai risetnya untuk ide itu. Dari tadi saya terus memuji karyanya jadi
tak adil rasa bila kekurangannya tak terungkapkan. Dalam buku ini ada beberapa
catatan kaki dan bagi saya itu cukup mengganggu dan terkadang tidak perlu
diletakkan di sana, bisa saja dijelaskan bersama dengan cerita pokok secara
utuh. Kenapa ada catatan kaki? Mungkin karena keluarga Tavish bergelut dengan
buku dan jurnal yang penuh dengan catatan kaki. Atau, mungkin karena ternyata
Poppy juga suka catatan kaki. Entahlah… Yang terpenting saya tetap menikmati
ceritanya… xoxo
“Namun, terkadang kau
harus berani. Terkadang kau harus menunjukkan kepada orang lain apa yang
penting dalam hidup ini. Dan mempunyai firasat kuat bahwa yang kulakukan ini
benar. Mungkin tidak mudah –tapi benar.” (halaman 193)