Sabtu, 07 Desember 2013

Review Unfriend You



Demi apa hadiahnya ditambahkan kertas bergaris itu? :p *pura-pura g' ngerti*

Siapa sih yang punya hobi membaca g' senang mendapat hadiah buku? Nah, saya juga begitu. Cukup lama juga g' mendapatkan hadiah buku, ya g' heran karena saya memang jarang ikut giveaway. Kadang g' ikut giveaway itu cuma gara-gara ribet padahal g' ribet-ribet amat. Tapi buku yang mau saya bahas kali ini justru hasil giveaway. Jadi, waktu itu sebelum tidur saya 'guling-guling' di beberapa blog termasuk blognya mba' @iiphche yg ternyata lagi ngadain giveaway buku Unfriend You. Berhubung lagi merasa g' ribet ikut deh, cuma ngasih pendapat saja menurut yang saya pahami dan pernah alami, mencantumkan alamat email dan akun twitter beres deh. Waktu itu, g' berharap menang apalagi yang ikutan banyak sedangkan bukunya cuma satu. Tapi namanya rezeki ya dapat juga.

Sebenarnya kalau bukunya g' menarik saya mungkin g' ikutan juga sih... Buku Unfriend You ini temanya tentang bullying tapi g' dalam bentuk kekerasan fisik namun lebih ke mental meski demikian bagi saya sama berbahayanya. Baca buku ini bikin lebih tahu bahwa pelaku bullying pasti punya latar melakukan itu cuma kadang targetnya belum tentu ada salah sama dia, bisa saja cuma dipilih secara random. Cerita ini mengalir banget, rasanya kita ada di situ sebagai penonton yang pengen melakukan sesuatu tapi g' bisa. Sebelum bahas lebih jauh saya ceritakan sedikit tentang tokoh dalam buku ini.

Katrissa, dulunya hanya itik di Egan (Eglantine High School) tapi kemudian berubah jadi 'angsa'. Papanya sering pindah tugas maka dia pun harus berganti-ganti sekolah. Ditambah dengan suatu kejadian di masa lalunya, hal ini membuatnya sulit beradaptasi dan memiliki teman. Tapi mengapa dia tiba-tiba bisa masuk clique Aura dan Milani yang populer itu?

Priska, siswa baru yang awal kehadirannya telah membuat Katrissa tak nyaman apa lagi diam-diam dia nampaknya menyukai pacar Aura. Meski Priska dengan mudah masuk dalam clique mereka tapi dari sini pula masalah dimulai. Aura yang merasa pacarnya didekati memutuskan untuk memberinya pelajaran. Parahnya, hampir semua murid Egan pun ikut-ikutan hingga Priska tak ke sekolah lagi dan mencoba untuk bunuh diri.

Langit, cowok yang bagi 'angsa' seperti Aura tidak pantas untuk mendekat apa lagi jadi pacar. Langit ingin Katrissa membujuk Aura untuk menghentikan apa yang dilakukan terhadap Priska. Awalnya Katrissa hanya menutup mata meski tahu bahwa Aura sudah melewati batas. Saat dia mulai peduli justru serangan Aura berbalik padanya. Bagaimana nasib Katrissa? Kenapa Langit mau repot-repot ikut campur?

Setiap tokoh punya latar hingga memiliki karakter seperti dalam buku ini. Aura yang hampir cerita ini selesai baru diketahui kenapa dia nge-bully. Katrissa yang seakan menutup mata. Milani yang menurut saya seperti dayang-dayang meski stratanya tinggi. Priska yang tetap ingin masuk clique Aura meski cara yang harus dilalui salah. Langit yang ikut campur. Setiap tokoh dan konfliknya pas, tidak berlebihan menurut saya. Membaca buku ini saya merasa diajak untuk lebih menyelami psikologi korban dan pelaku bullying.

Meski menyenangkan membaca buku tapi bukan berarti saya tidak memperhatikan beberapa kesalahan yang cukup menggelitik. Contohnya, Aura yang memanggil Katrissa 'Kat', kemudian 'Rissa', lalu, 'Ris', hanya dalam jeda 2 lembar. Satu orang menggunakan 3 nama panggilan untuk 1 orang? Satu lagi, jarak rumah Aura dengan Katrissa di akhir kenapa jadi dekat dan bisa ditepuh dengan beberapa menit bersepeda padahal di awal jauh dan butuh memutar. Apa ada jalan pintas yang tidak bisa dilalui mobil?

Buku ini harus dibaca guru, remaja, orang tua, bahkan semua kalangan. Why? Karena sadar maupun tidak, langsung maupun tidak langsung bisa saja kita ikut sebagai penyebab atau kena dampak dari bullying ini.

Thank you mba' @iiphche, Dyah Rinni dan, Gagas Media!

*kalau mau baca blog giveaway-nya waktu itu di sini ya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar