Di sini dengan perasaan
tak karuan.
Mata yang berkabut.
Jemari yang bergetar
tak kokoh memegang pena.
Ada tanya yang sering muncul
meski ku merasa bersalah karenanya.
Tak cukupkah deritaku
selama ini?
Di sini, di penghujung
tahun ini ku bertanya.
Sejak kapan sakit ini
terasa?
Kapan akan berakhir?
Aku sering kali merasa
lelah dengan air mata rahasia ini.
Air mata yang hanya
kita berdua yang tahu.
Air mata yang terkadang
tersembunyi di balik manisnya senyuman.
Tak seorang pun tahu
selain Engkau karena Aku memang tak pernah bercerita pada siapapun.
Bodohnya karena biarpun
tak pernah berbicara atau sekedar menepuk-menepuk menenangkanku,
Aku tetap percaya dan
berlari pada-Mu akan semua masalah.
Atau, mungkin Aku
memang sangat bodoh hingga tak bisa
mendengar dan merasakanmu?
Aku memang tak tahu
kepada siapa harus mencurahkan segalanya.
Aku merasa nyaman dan
percaya hanya pada-Mu.
Aku yakin Engkau
menjagaku dari kerapuhan dan kehancuran yang kapan pun bisa terjadi.
Maaf bila terlalu
bergantung pada-Mu!
Bagaimana ini?
Bagaimana jika Engkau
bosan?
Pernahkah Engkau
merasakan itu?
Bagaimana jika
benar-benar terjadi?
Akankah Engkau
mengirimkan penjaga pengganti untukku?
Tak apa jika Engkau
bosan.
Tetapi, Aku akan tetap
berbicara pada-Mu.
Kau boleh mengacuhkanku,
terserah!
Jika Engkau mengirimkan
penjaga pengganti untukku,
setidaknya berikanlah
sedikit cerita tentangku padanya.
Buatlah ia mengerti dan
sedikit dan bersedia bersabar padaku.
Jika kelak penjaga
pengganti-Mu ada disisiku,
Aku tetap akan
berbicara pada-Mu.
Karena tak ada yang
seperti-Mu
Karena ku yakin Engkau
tetap mendengarku
Karena ku percaya
pada-Mu
Selalu percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar